InfovideoFB - Dengan adanya keragaman suku dan budaya Indonesia juga menjadi salah satu pengaruh berkembangnya unsur-unsur kebudayaan yang lain.
Tidak hanya mengenai bahasa, pakaian dan bentuk rumah. Salah satu unsur yang hidup karena adanya perkembangan budaya yaitu bela diri Indonesia. Munculnya banyak bela diri yang juga merepresentasikan daerah masing-masing.
Bela diri Indonesia yang kita ketahui selama ini paling hanya pencak silat atau tarung derajat.
Tapi, siapa sangka ternyata bela diri Indonesia memiliki banyak jenisnya beserta uniknya keragaman yang ada di dalamnya. Tidak sedikit kok orang-orang asing yang ikutan mendalami bela diri Indonesia. Bahkan seni bela diri Tarung Derajat akan diusahakan untuk dipertandingkan di SEA Games tahun ini.
Berikut ini adalah beberapa bela diri asli dari Indonesia yang patut Anda ketahui:
1. Pencak Silat
Pencak silat termasuk dalam daftar seni bela diri Indonesia yang sudah dikenal luas di mancanegara seperti Thailand, Singapura, Malaysia dan Brunei. Seni bela diri Indonesia ini sudah dipertandingkan di ajang SEA Games sejak tahun 1987. Silat diperkirakan menyebar ke seluruh Nusantara sejak tahun ke-14 ketika banyak disebarkan oleh para penyebar agama Islam. Pada saat itu pencak silat banyak diajarkan dalam lingkungan pesantren. Gerakan-gerakan silat banyak yang menirukan gerakan alam atau binatang. Bela diri pencak silat ini memiliki banyak aliran yang terdapat di berbagai daerah. Seperti silat Cimande dan Silek Minangkabau.
2. Tarung Derajat
Tarung derajat merupakan sebuah seni bela diri yang diciptakan oleh Aa Boxer atau Achmad Dradjat. Bela diri ini beliau kembangkan pada saat sedang bertarung di jalanan pada sekitar tahun 1960-an. Tarung Derajat resmi terbentuk pada 18 Juli 1972 di Bandung. Teknik yang diutamakan dalam bela diri ini mengedepankan agresivitas dalam menyerang baik dengan cara memukul, menendang, bantingan, kuncian dan sapuan kaki. Hebatnya, Tarung Derajat ini sudah pernah dikenalkan di dunia internasional yaitu pada SEA Games 2011 di Palembang.
3. Ameng Timbangan
Beda dengan Pencak Silat dan Tarung Derajat, Ameng Timbangan memiliki prinsip sebagai penyelamatan diri. Penyelamatan diri tersebut dilakukan untuk diri sendiri maupun lawan. Karena prinsip sebagai penyelamatan diri itulah makanya tidak ada pukulan maupun tendangan. Bela diri Indonesia yang pertama kali diciptakan di Bandung pada tahun 1927 oleh seorang aktivis Sarikat Islam yaitu Rd. Anggakusumah.
Pertarungan Ameng Timbangan diawali dengan perbincangan dari hati ke hati, namun bila lawan tetap melakukan kekerasan barulah pendekar Timbangan melawan secara jasmani. Gerakan pendekar Timbangan juga harus dihayati agar menemukan titik keseimbangan. Yang terlihat kemudian adalah gerakan-gerakan lembut, kosong dan tanpa arti sehingga seperti tidak ada niat untuk mencelakakan lawan.
4. Gulat Benjang
Datang lagi dari tanah Jawa Barat, bela diri Gulat Benjang datang dari Bandung Timur yang tepatnya di Ujungberung dan Cibiru. Bela diri yang sudah ada sejak awal abad 20 ini sekilas mirip seperti olahraga gulat ala Romawi.
Tidak sembarangan orang bisa ikutan bela diri ini. Mereka harus menandatangani surat perjanjian tidak akan menuntut ketika terjadi cedera. Makanya tidak heran kalau ternyata banyak juga para atlet Benjang yang dibekali ilmu magis supaya lebih kuat. Teknik gulat ini tidak menitikberatkan pada penguncian, melainkan siapa yang mampu melumpuhkan musuh dengan mematikannya, dialah yang menang.
5. Tongkat Master
Bela diri yang satu ini menggunakan tongkat sebagai alat petarungannya. Tongkat Master merupakan sebuah bela diri Indonesia yang diciptakan oleh Master Harry Wibowo sejak tahun 2009 di Wonosobo, Jawa Tengah. Bela diri ini merupakan masuk ke dalam golongan Mixed Martial Art (seni bela diri campuran) yang mengutamakan keahlian menyerang menggunakan 2 tongkat pendek.
6. Ujungan
Selain Tongkat Master, ternyata ada satu lagi bela diri Indonesia yang menggunakan medium tongkat. Bela diri Ujungan merupakan sebuah seni bela diri yang menggunakan tongkat rotan atau bambu yang panjangnya mulai dari 50 cm hingga 90 cm. Bela diri ujungan ini diperkirakan sudah ada sejak abad 1 M di bekas kerajaan Sunda mulai dari Tangerang hingga Karawang.
Sumber Tulisan: Yukepo