Ilmuwan Islam Inilah Peletak Dasar Teori Evolusi Sebelum Charles Darwin


InfovideoFB - Tak banyak tau kalau sebenarnya yang mengemukakan teori evolusi itu adalah seorang muslim bernama Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri menuliskan karya monumentalnya. Cendekiawan Muslim yang lebih dikenal sebagai al-Jahiz itu membuahkan karya, Kitab al-Hayawan atau Book of Animals.

Karya ini tercipta bukan dari sebuah ruang kosong. Al-Jahiz sejak awal memiliki ketertarikan dengan ilmu pengetahuan, termasuk kajian Alquran, hadis, dan filsafat. Saat belia, ia sering pula berdiskusi tentang ilmu dengan sebayanya, di masjid yang ada di Basra.

Berikut kisah tentang Al-Jahiz tersebut...


Jauh sebelum Charles Darwin mengusung teori evolusi lewat karyanya The Origin of Species pada 1895, teori ini telah digagas terlebih dulu oleh ilmuwan muslim, Al Jahiz. Ilmuwan pemilik nama lengkap Abu Uthman Amr Ibn Bahr Al Qinanih Al Fuqaymih Al Basrihlahir di Basra, Irak, pada 776 Masehi.

Lewat karya tulis Al Hayawan (Kitab Hewan-hewan), Al Jahiz mengenalkan teori evolusi. Buku setebal 350 halaman ini merupakan ensiklopedia tentang hewan dan tumbuhan, termasuk proses evolusinya. Semua hewan dan tumbuhan yang dimuat dalam buku itu dilengkapi gambar-gambar dan penjelasannya secara detail. Salah satu yang Al Jahiz tulis adalah tentang mulut stomata daun teratai mengarah ke atas untuk mendapatkan udara.

Kitab Al Hawayan karya Al Jahiz mengungkap berbagai aspek biologi dan zoologi, seperti klasifikasi hewan, rantai makanan, seleksi alam, dan evolusi. "Hyena bisa menakuti rubah atau hewan yang lebih kecil. Semua hewan kecil akan memakan hewan yang berukuran tubuh lebih kecil darinya dan hewan yang lebih besar tidak bisa memakan yang lebih besar. Ini adalah hukum eksistensi," tulis Al Jahiz.

Bahkan, dalam Al Hawayan, Al Jahiz mendeskripsikan perilaku, cara komunikasi, tingkat kecerdasan serangga, dan hewan-hwan lain. Dia menjelaskan secara detail tentang perilaku semut dalam bekerja sama, cara menyimpan gandum di sarang, dan menjaga makanan agar tak busuk saat hujan. Menurut Al Jahiz, seperti menusia, hewan-hewan juga berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies dan mengatasi faktor-faktor lingkungan. Satu spesies bisa mengalami transformasi secara jangka panjang sehingga memunculkan spesies baru.

"Orang berkata beragam tentang eksistensi hewan berkaki empat. Beberapa menerima perubahan dan melahirkan eksistensi anjing, serigala, rubah, dan kerabatnya. Hewan-hewan itu berasal dari keluarga yang sama," tutur Al Jahiz dalam Al Hawayan.

Pada masa akhir hidupnya, Al Jahiz menderita lumpuh di satu sisi tubuhnya (hemiplegia). Dia meninggal Desember 868 dalam usia 93 tahun di Basra. Al Jahiz memperkaya catatan sejarah tentang kejayaan peradaban Islam pada abad ke-9 sampai ke-11. Saat itu, Baghdad dan sekitarnya menjadi jantung dunia. Sampai saat ini, Al Hayawan karya Al Jahiz berpengaruh dan menjadi acuan bagi para pakar hewan dan pemikir evolusi di Eropa.

Al Jahiz lahir dari keluarga sederhana. Semasa kecil, Jahiz ikut berjualan ikan bersama ibunya di Basra. Sebagai Muslim, dia gemar melewatkan waktu di Masjid Besar Basra. Di sana, dia belajar dari para ulama. Jahiz bertemu dan belajar dari penyair-penyair terkenal Al- Asma’i, Abu Zayd, dan Abu Ubuyda.

Saat dewasa, Al Jahiz berkelana ke Damaskus, Beirut, Samara, dan Baghdad. Semasa hidup, Al Jahiz diperkirakan telah menulis 200 karya meski kini tersisa hanya 30 buku. Esai mengenai kekhalifahan yang dia tulis menjadi tiket emas masuk ke lingkungan kalangan atas. Esai itu juga menyita perhatian Khalifah Al-Ma’mun, khalifah ke-7 Dinasti Abbasiyah. Dia termasuk orang kepercayaan Hakim Agung Ahmad bin Abi Du’ad.